Menyadarkan diri bahwa kita tidak hidup di dunia ini hanya dengan kelompok atau suku kita sendiri, tetapi kita hidup saling bergandengan tangan dan saling membutuhkan satu sama lainnya dalam keberagaman hidup, khususnya di negara kita tercinta, Indonesia.
Ketika itu saya dikirim ke kota Kendari, Sulawesi Tenggara, untuk membantu dan mengajar anak-anak di Pondok Modern Gontor 7, Desa Pudahoa Kec. Mowilla Kab. Konawe Selatan, Kendari. Meskipun berada ditengah hutan namun semangat belajar anak-anak mengalahkan kesunyian dan kabut tebal yang datang setiap malam.
Lokasi tempat di tengah hutan |
Pertama kali datang kesana, memang harus menyesuaikan diri dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, khusunya dengan sifat anak-anak. Karena semuanya sangat berbeda dengan apa yang ada di Jawa, khususnya Jawa Timur. Berbagai kekurangan terlihat disana-sini karena maklum daerah yang saya tempati masih dalam proses pembangunan.
Tetapi segala kekurangan itu tidak sebanding dengan apa yang saya dapatkan selama satu tahun tinggal disana. Berinteraksi dengan berbagai suku, memahami, dan membaca sifat dan watak mereka seakan menambah khazanah tersendiri bagi saya. Khususnya ketika berkunjung ke tempat-tempat menakjubkan yang belum pernah saya kunjungi di Jawa. Karena selain pemandangannya yang bagus, juga memiliki aspek historis tersendiri yang wajib dijadikan renungan dan kebanggaan.
Kapal Sagori Express
Ketika saya datang di kota Bau-Bau untuk study tour misalnya, kesan pertama kali saya adalah sangat “Wah..”, saya menempuh perjalanan dari pelabuhan kendari ke Bau-Bau memakan waktu sekitar 6 jam berangkat dengan menggunakan kapal cepat (KM Sagori Express), mungkin sekarang harga tiketnya masih sekitar Rp 100.000.- s/d Rp. 175.000.-, Paling enak berangkat sekitar jam 1 siang dan dan sampai sekitar jam 6 petang, karena di tengah perjalanan kita bisa memanjakan mata kita dengan pemandangan hamparan pulau-pulau kecil yang masih alami, berupa bukit-bukit hijau yang masih rimbun dengan pepohonan, dan kita bisa menikmati indahnya sunset yang bersembunyi dibalik gunung.
|
Salah satu pemandangan di tengah perjalanan menuju Bau-Bau |
Tetap semangat di atas kapal walau udara mulai panas |
Pemandangan sunset dilihat dari atas kapal Sagori |
Bau-Bau adalah sebuah kota di kepulauan Buton Sulawesi Tenggara, jika anda berkunjung ke kota ini dijamin tidak akan menyesal, karena kota Bau-bau merupakan kota pantai yang menawarkan pemandangan yang exotic, selain itu juga kota ini merupakan kota bersejarah bagi perkembangan peradaban perkembangan Islam di Indonesia.
Banyak tempat wisata pantai yang amat sangat indah, salah satunya adalah Pantai Kamali, dengan airnya yang jernih, berwarna biru bening dan ikan laut berwarna-warni yang berenang dipinggir pantai, pengunjung dapat memanjakan mata dengan duduk santai di anjungan pantai sambil menikmati hangatnya minuman saraba dan gorengan pisang kipas (pisang yang di iris tipis-tipis membentuk kipas, saya baru tahu disini karena biasanya di rumah hanya ada pisang goreng, pisang yang dibelah 2 kemudian digoreng hehe ). Untuk saraba awalnya saya tidak tahu minuman apa ini, eh ternyata seperti STMJ (minuman kombinasi dari susu, jahe, telur). Hanya dengan harga Rp. 7000.-/ gelas dapat menghangatkan suasana hati dipinggiran pantai.
Patung Naga hijau di anjungan pantai Kamali |
Tak hanya itu, area anjungan pantai Kamali juga merupakan daerah free hotspot area, sehingga anda dapat juga berselancar di dunia maya sambil menghirup udara sepoi-sepoi pantai yang menyejukkan hati dan pikiran.
Selain itu ada juga pantai Nirwana yang menurut guide kami, konon, masyarakat setempat mempercayai bahwa pantai ini merupakan tempat bersemayamnya para dewa, karena pantai ini jika kita lihat dari kejauhan akan tampak seperti pelangi, bermacam-macam warnanya.
Pantai Nirwana |
Kota ini juga merupakan kota bersejarah karena pada abad ke-15 berdiri Kerajaan Buton (Wolio) yang ikut serta dalam penyebaran agama Islam di Pulau Buton dan wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Kerajaan ini meniggalkan banyak bangunan bersejarah seperti; Benteng Keraton Buton (Benteng terluas didunia), Masjid Agung Keraton (Masigi Ogena), Masjid Kuba dan Tiang Bendera (Kasuluna Tombi).
Masjid Agung Keraton (Masigi Ogena) |
Tiang bendera (Kasuluna Tombi) |
Waktu sore hari merupakan waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan di benteng keraton buton karena benteng ini terletak di atas kota Bau-bau sehingga kita bisa menikmati sunset yang menawan, berwarna jingga kemerah-merahan yang perlahan tenggelam kedalam laut.
Suasana sunset di atas Benteng Buton (saya berada disebelah paling kiri dekat sunset) |
Masyarakat setempat dikenal sangat menjaga adat dan tradisi leluhur mereka. Salah satu budaya yang masih dikembangkan saat ini adalah dengan membuat kain tenun khas Buton sendiri. Para ibu rumah tangga biasa menyulam benang dengan alat tradisional untuk membuat kain itu bertempat dibawah rumah panggung mereka. Satu lembar kain yang indah dengan berbagai corak biasa dihargai dengan harga minimal Rp. 150.000.-/potong. Sayang waktu itu ingin beli untuk oleh-oleh ibu di rumah, tetapi ketika meraba dompet sudah tipis.. view. :)
Salah satu ibu rumah tangga pembuat kain khas Buton |
Hasil dari jeri payah yang menghasilkan kain yang indah |
Salah satu bagian dari alat tenun |
Kota Bau-Bau tidak hanya mempunyai kekayaan alam yang indah, tetapi juga keramahan penduduk lokal. Senyum adalah prioritas utama mereka kepada para wirasatawan, sehingga suasana indah tidak hanya kita dapatkan dengan pemandangan mata, tetapi juga dengan hati.
Kota Bau-Bau adalah kota yang mempunyai sejarah tersendiri, sebuah kota kepulauan yang pernah menjadi pusat perkembangan dan peradaban agama Islam di Indonesia bagian Tengah dan Timur. Sudah sepantasnya jika kita angkat kembali potensi wisata ke tempat ini, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia pada umumnya dan generasi muda pada khususnya mampu menyelami kembali tentang nilai perjuangan dan memahami budi luhur nenek moyang mereka dalam memajukan peradaban dan menyiarkan agama Islam di bumi pertiwi ini.
Jadi tunggu apa lagi, jika anda ingin berlibur melepaskan segala kepenatan yang ada dan ingin mencari pengalaman yang baru yang bisa menambah wawasan sekaligus kecintaan kita terrhadap ibu pertiwi ini , maka “Bau-Bau kota Semerbak” adalah tempat yang cocok.
Artikel ini diikut sertakan dalam lomba menulis artikel dengan tema pariwisata yang diadakan oleh komunitas Blogger Nganjuk (kotaangin.com) dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-3.
Semoga bermanfaat
Sumber : faja12.blogspot.com
Artikel ini diikut sertakan dalam lomba menulis artikel dengan tema pariwisata yang diadakan oleh komunitas Blogger Nganjuk (kotaangin.com) dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-3.
Semoga bermanfaat
Sumber : faja12.blogspot.com
No comments:
Post a Comment