Sunday, January 6, 2013

Jelajah Jakarta Demi Tahu Telor

Salah satu tantangan (atau mungkin juga kemudahan?) tinggal di Jakarta adalah mencari sesuatu yang enak disantap. Begitu banyak tempat yang menyediakan hidangan kuliner yang memikat selera — entah itu di kafe, restoran, hotel, atau warung pinggir jalan.

Pada suatu hari saya berburu tahu telor, yang “sangat Indonesia”. Ini hidangan sederhana — tahu dicelupkan ke telur kocok, lalu digoreng. Setelah itu disajikan dengan kuah kecap dan wijen. Untuk menambah manis penampilan, di bagian atas ditambahkan tauge dan sayur kol mentah serta kacang goreng.

Yang menarik adalah walau terlihat sederhana, rasa dan kenikmatan rasa bisa sangat bervariasi. Kenikmatan rasa tentunya sangat bergantung pada kelembutan tekstur tahu dan bumbu pendukung saat meracik.

Tempat pertama yang saya kunjungi untuk mencoba tahu telor adalah restoran Sate Khas Senayan di daerah Pakubowono. Suasana restoran yang menggunakan bangku dan meja kayu dan nuansa ruangan berwarna coklat memberi kesan nyaman dan kalem. Sebagai teman tahu telor yang paling asyik di restoran ini adalah sate ayam dan es cendol.

Seharga Rp25 ribu, seporsi tahu telor di Sate Khas Senayan termasuk banyak. Jika makan sendiri mungkin terlalu banyak. Apalagi, jika ditambah dengan 10 tusuk sate ayam.

Yang membuat nikmat tahu telor di Sate Khas Senayan adalah tambahan sayur kol, tauge dan kacang goreng. Begitu juga dengan kuah kecap yang cukup banyak disiram dalam tahu telor ini membuat rasa kuah kecap itu begitu meresap dan menendang lidah.

Keesokan harinya, saya melanjutkan perburuan tahu telor di Dapur Sunda. Jika tahu telor di Sate Khas Senayan diracik dengan sentuhan Jawa Tengah, saya pun penasaran dengan tahu telor versi Jawa Barat.

Dibanding Sate Khas Senayan, harga tahu telor di Dapur Sunda lebih murah yakni Rp17.500. Di sini, tahu telor menggunakan tomat, cabe, potongan ketimun dan seledri sebagai bahan pendukung. Sajiannya pun berbentuk telur dadar dan saus kecap dipisah di mangkuk kecil sehingga cara memakannya pun berbeda. Potongan tahu telor dicelupkan (dicocol) dulu ke dalam kecap.

Dari segi rasa, menurut saya tahu telor Dapur Sunda lebih disukai oleh mereka yang tidak terlalu suka manis.
Salah satu tantangan (atau mungkin juga kemudahan?) tinggal di Jakarta adalah mencari sesuatu yang enak disant …
Tempat terakhir yang saya coba untuk mencari kenikmatan tahu telur adalah Java Kitchen di mal Central Park. Harga dan racikannya tidak berbeda jauh dengan Sate Khas Senayan. Yang agak membedakannya adalah adonan tahu dan telur dadar yang lebih tebal. Kecap manisnya pun tidak dibuat encer, melainkan kental dan dilulurkan di atas tahu telor. Ada tambahan kerupuk sebagai penambah kenikmatannya.

Dari segi penyajian, tahu telor di Java Kitchen ini mungkin tidak secantik Sate Khas Senayan. Tetapi, dari segi rasa, tahu telor Java Kitchen memiliki rasa yang lebih nikmat. Mungkin selain tekstur tahunya yang lebih lembut, juga ada tambahan cabai di saus kental kecap yang dilumurkan di atas tahu telor.

Selain itu, kecambah dan kerupuk yang renyah menjadi tambahan makanan yang menyeimbangkan kelembutan tekstur tahu dan telur.

Sumber :  id.berita.yahoo.com

No comments:

Post a Comment