Thursday, January 3, 2013

Kisah Lumba-lumba dari Tangalooma


KOMPAS/ARBAIN RAMBEY          Memberi makan lumba-lumba liar adalah hal paling menarik di Tangalooma. 

Nama Tangalooma sangat berbau Aborigin dan memang itulah julukan bagi sebuah tempat di pulau kecil Moreton di bagian barat Benua Australia. Secara harfiah, Tangalooma berarti tempat di mana ikan berkumpul. Dari berbagai tuturan kaum Aborigin, Tangalooma memang tempat bagi kaum Aborigin di masa lalu untuk mendapatkan ikan dalam jumlah banyak pada waktu singkat. Bagi Pemerintah Australia, pada tahun 1952 sampai 1962, Tangalooma adalah pusat perburuan paus karena daerah itu memang tempat lalu lalang paus dalam jumlah banyak pada peralihan musim.

Dalam kurun waktu sekitar 10 tahun itu sudah terbunuh 6.277 paus. Perburuan ini lalu dihentikan karena kesadaran akan lingkungan. Pada 1952, jumlah paus yang lalu lalang di sekitar Tangalooma dan Moreton sekitar 10.000 ekor. Namun, 10 tahun kemudian hanya tersisa sekitar 400 ekor.

Kini, populasi paus di sekitar Tangalooma sudah naik cukup signifikan dan perburuan paus dilarang keras di seluruh teritorial Australia. Tangalooma juga sudah tertutup bagi penangkapan ikan apa pun karena sudah diubah menjadi area turisme.

Dengan demikian, apakah kini Tangalooma masih berhak menyandang nama ”tempat berkumpul ikan?” Jawabannya adalah sangat masih! Bahkan, frase ”tempat berkumpul ikan” menjadi sungguh nyata walau yang datang itu sesungguhnya bukan ikan, melainkan mamalia.

Menyuapi lumba-lumba

Atraksi turisme yang sangat terkenal di Tangalooma, mungkin cuma satu-satunya di dunia, adalah memberi makan lumba-lumba liar. Setiap hari menjelang gelap, belasan lumba-lumba datang ke pantai Tangalooma minta disuapi ikan. Dan, ratusan turis akan berbaris menunggu giliran untuk bisa menyuapi lumba-lumba itu.

Perlu ditekankan sekali lagi di sini, mereka itu bukan lumba-lumba peliharaan, melainkan sungguh-sungguh lumba-lumba bebas yang datang karena terbiasa dan dibiasakan. Sejarah memberi makan lumba-lumba ini sudah berjalan sekitar 30 tahun dengan individu lumba-lumba yang terus berganti sejalan dengan waktu. Beberapa lumba-lumba tercatat dengan baik, baik tanggal pertama munculnya maupun nama dan segala ciri-cirinya.

Bulan lalu, saya berkunjung ke Tangalooma dan saat itu primadona lumba-lumba adalah seekor lumba-lumba betina yang sudah uzur, bahkan sudah buta, bernama Sonya. Keistimewaan Sonya, dia sangat sadar bahwa dia buta sehingga sepenuhnya menyandarkan diri pada pemberian manusia karena sudah tidak mampu berburu makan sendiri. Juga, kesadaran bahwa dirinya lemah terhadap serangan hiu, Sonya tidak pernah berada jauh dari pantai. Tepat menjelang senja, dengan nalurinya, dia sampai di pantai dan mendapatkan suapan makanan dari para turis.

”Dulu ada lumba-lumba hitam bernama Shadow yang sering membalas jasa kepada manusia dengan membawakan belut laut yang lezat seminggu sekali,” kata Catherine, seorang pemandu lumba-lumba di sana.

Sebenarnya tidak hanya Shadow. Sebagai hewan yang cerdas, lumba-lumba juga sangat tahu diri bahwa mereka diperlakukan dengan baik oleh manusia sehingga merasa perlu membalas jasa. Kini, aneka barang ”persembahan” para lumba-lumba tersimpan di museum kecil di kantor pengelola Tangalooma. Di museum kecil itu kini bisa dilihat aneka belut laut dan ikan-ikan yang semuanya bisa dimakan manusia dan semuanya konon jenis yang tidak beracun, bahkan lezat.

Belasan lumba-lumba yang datang teratur setiap senja itu bukanlah hal yang langsung datang begitu saja. Semuanya berawal pada tahun 1986 saat Brian dan Betty Osborne, suami-istri yang mengembangkan Tangalooma menjadi destinasi turisme, mendapati seekor lumba-lumba yang seakan mengajak berkomunikasi dengan mereka.

Secara bertahap, lumba-lumba yang mereka juluki Beauty itu semakin akrab dengan mereka sampai pada suatu hari di tahun 1992, Betty sudah bisa menyuapi Beauty langsung dari tangannya. Secara bertahap pula, Beauty, yang semula dipanggil Eric karena dikira jantan, mulai membawa anak-anak dan teman-temannya untuk ”bergaul” dengan manusia. Sejak saat itulah popularitas Tangalooma berkembang dengan sangat cepat di dunia karena menyuapi lumba-lumba liar adalah atraksi yang sangat langka.

Saat menyuapi lumba-lumba, Anda bisa memesan fotografer di sana untuk memotret dan tentu saja fotonya bisa dibawa pulang ke negara masing-masing.

Gersang

Sejatinya, Pulau Moreton tempat Tangalooma berada adalah pulau yang gersang. Namun, sumber air tawar sangat banyak ditemukan di sana. Selain itu, gundukan-gundukan pasir dan gurun-gurun kecil di dalam pulau itu juga sangat indah. Kunci daya tarik Tangalooma sebagai tujuan wisata adalah pengelolaannya yang sangat baik, rapi, dan aman.

Gurun-gurun pasir di Moreton dijadikan tempat luncur pasir, sementara alam gersang di sana dijadikan rute tracking yang menawan. Beberapa rute bahkan dijalani dengan memakai kendaraan all terrain vehicle (ATV).

Di sisi lain pantai Tangalooma, beberapa kapal tua dijadikan penahan gelombang sehingga menjadi ornamen unik, di samping menjadi tempat ikan berkembang biak. Lokasi penahan gelombang dari kapal tua itu dinamai The Wreck dan telah menjadi salah satu daya tarik kunjungan setelah atraksi memberi makan lumba-lumba. Kapal-kapal tua itu walau sudah berkarat di sana sini, karena disusun dengan sangat baik, menjadi sebuah landmark indah, apalagi saat terkena cahaya Matahari senja.

Terakhir, yang tak boleh dilupakan adalah kenyataan bahwa Tangalooma telah menjadi tempat shooting film Scooby Doo yang sangat terkenal itu pada 2002. Tangalooma mendapat popularitas tambahan dari turis belia yang menggemari film Scooby Doo. Banyak keluarga yang berkunjung ke Tangalooma hanya karena anak-anak mereka ingin berjumpa dengan Scooby Doo. Ini mirip dengan kota Oxford di Inggris yang menjadi tambah terkenal karena film Harry Potter di rekam di sana.

Begitu mendarat di Tangalooma setelah menempuh perjalanan laut sekitar 90 menit dari pantai Brisbane di daratan Australia, kita akan langsung disapa oleh ratusan burung laut dan... Scooby doo, be doooo...! 

Sumber : travel.kompas.com

No comments:

Post a Comment